Apa itu overweight pada anak?
Overweight atau kelebihan berat badan adalah kondisi ketika bobot tubuh anak terlampau besar, hal ini diakibatkan karena adanya penumpukan lemak pada tubuh. Melansir dari laman WHO, kelebihan berat badan pada anak di usia dini termasuk ke dalam kasus gizi lebih. Kondisi ini bahkan berisiko membuat anak lebih mudah terserang penyakit kardiovaskular dan diabetes di usia muda.
Kapan anak dikatakan mengalami kelebihan berat badan?
Untuk tahu apakah si kecil mengalami overweight atau tidak, maka Anda harus tahu dulu status gizinya. Penilaian status gizi ini menggunakan dua indikator yaitu, berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan indeks massa tubuh menurut usia (IMT/U). Pengukuran kelebihan berat badan pada anak berusia 0-60 bulan biasanya memakai grafik WHO 2006 (cut off z score) dengan indikator BB/TB. Berdasarkan pengukuran tersebut, anak usia 0-60 bulan masuk ke dalam golongan overweight, ketika hasilnya menunjukkan angka > 2 sampai dengan 3 SD. Pada anak yang usianya lebih dari 60 bulan alias 5 tahun, pengukuran bisa menggunakan aturan CDC 2000 (ukuran persentil). Dalam hal ini, kategori overweight (kelebihan berat badan) pada anak berada di rentang persentil 85 sampai dengan kurang dari 95.
Apa penyebab kelebihan berat badan pada anak?
Pada dasarnya, overweight pada anak disebabkan oleh asupan makanan hariannya yang melebihi kebutuhan. Namun, secara lebih jelasnya, masih ada sejumlah hal lain yang turut menyebabkan kondisi ini, antara lain sebagai berikut.
1. Genetika
Gen yang dibawa oleh orangtua berperan salah satunya sebagai penentu bentuk tubuh, serta proses penyimpanan dan pembakaran lemak. Lebih dari itu, faktor kebiasaan yang turun-temurun dari keluarga bisa jadi pemicu anak mengalami kelebihan berat badan.
2. Pola makan
Kebanyakan anak-anak umumnya menggemari makanan manis, berlemak, cepat saji, hingga kemasan. Saking enaknya, tidak sedikit yang bisa menyantapnya dalam porsi banyak atau bahkan berlebih.
3. Aktivitas fisik
Setidaknya beberapa jam dalam sehari, setiap anak harus aktif beraktivitas secara fisik, dan menghindari terlalu banyak berdiam diri. Minimnya aktivitas fisik inilah yang menyulitkan proses pembakaran energi yang berlebih pada tubuh anak. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan penumpukan lemak pada tubuh, hingga membuat anak kelebihan berat badan.
Apa saja risiko kesehatan pada anak yang kelebihan berat badan?
- Masalah tulang dan sendi.
- Mengalami masa puber lebih awal dibandingkan teman-teman seusianya.
- Masalah pernapasan, termasuk kondisi asma parah, kesulitan bernapas saat tidur (obstructive sleep apnea) dan sesak napas saat berolahraga.
- Jika tidak segera diatasi, anak yang kelebihan berat badan bisa membuatnya mengalami obesitas saat dewasa.
- Memiliki masalah jantung dan hati saat dewasa.
- Overweight pada anak remaja perempuan berpeluang membuat siklus menstruasinya tidak teratur, serta masalah kesuburan saat dewasa.
Bagaimana menangani kelebihan berat badan pada anak?
Penanganan overweight pada anak sejak dini dapat membantu lebih mengendalikan kondisinya, atau bahkan mengembalikannya ke berat badan normal. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan.
1. Bantu anak untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat
Mulailah dengan melakukan perubahan-perubahan kecil pada pola makan dan gaya hidup anak. Misalnya dengan menyediakan pilihan makanan sehat terdiri dari beragam zat gizi, makan sesuai kebutuhan, dan perbanyak aktivitas fisik. Alangkah lebih baik untuk mendiskusikan dengan dokter atau ahli gizi anak, guna mendapatkan aturan atau panduan yang efektif untuk mengendalikan kelebihan berat badan anak.
2. Berikan porsi makan secukupnya
Hindari memberikan anak makanan utama dengan porsi yang terlalu besar. Biasanya, dokter dah ahli gizi akan membantu memandu Anda untuk membatasi porsi makan harian anak. Di sisi lain, sebisa mungkin hindari menggunakan piring yang berukuram besar. Pasalnya, anak kemungkinan tertarik untuk mengambil porsi makan yang lebih banyak, karena melihat masih ada sisa tempat di piringnya.
3. Makan di meja makan
Jika anak selama ini terbiasa makan di depan TV, kini ajak ia untuk makan bersama di meja makan setiap hari. Ketimbang makan sambil menonton TV, makan di meja makan membantu anak untuk lebih teratur mengatur porsi dan waktu makannya. Dengan begitu, porsi makan anak biasanya menjadi lebih terkontrol, serta waktu makan yang lebih terbatas sehingga tidak menambah porsi makannya.
4. Berikan sumber makanan sehat
Makanan olahan, junk food, serta gorengan merupakan beberapa contoh makanan yang sebaiknya tidak sering dimakan anak yang mengalami kelebihan berat badan. Selain itu, batasi juga makanan dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi, seperti permen, kue, biskuit, sereal manis, serta minuman bersoda. Pasalnya, jenis makanan dan minuman tersebut mengandung sejumlah kalori yang tinggi tapi rendah nutrisi. Sebagai gantinya, sajikan makanan harian yang mencakup kebutuhan zat gizi makro dan mikro anak, meliputi karbohidrat, protein, sedikit lemak, serat, vitamin, dan mineral.
5. Perbanyak aktivitas fisik harian anak
Secara perlahan, tingkatkan aktivitas fisik anak setidaknya minimal selama satu jam setiap hari. Mudahnya, biarkan anak aktif secara fisik, entah itu dengan bermain atau berolahraga. Jika perlu, ketimbang menggunakan mobil atau motor, Anda bisa ajak anak berjalan kaki atau bersepeda saat hendak mengunjungi tempat dengan jarak dekat. Cara ini membantu tubuh anak untuk membakar kalori berlebih yang didapat dari makanan harian.
Dengan begitu, asupan kalori yang masuk setara dengan yang dikeluarkan, sehingga overweight pada anak bisa dikendalikan.
6. Jadi contoh yang baik untuk anak
Salah satu cara untuk mulai menanamkan kebiasaan baik pada anak adalah dengan berusaha mnunjukkan contoh yang baik padanya. Kebanyakan anak umumnya akan meniru semua perilaku orangtuanya, dan tanpa sadar menjadikannya sebagai panutan dalam hidup. Itu sebabnya, ketika Anda meminta anak untuk melakukan berbagai perubahan demi mengatasi kondisinya, bisa saja anak menolak. Mengapa? Karena melihat orangtuanya tidak menerapkan hal yang sama. Ambil contoh begini, Anda meminta anak untuk lebih sering berolahraga ringan saja, seperti bermain sepeda di sekitar rumah. Namun, pada kenyataannya, Anda sendiri tidak melakukan hal yang sama, atau justru asyik sendiri menonton TV.