Menjawab Tantangan Motherhood Tunggal: Dukungan Sosial dan Strategi Pengasuhan

Menjawab Tantangan Motherhood Tunggal: Dukungan Sosial dan Strategi Pengasuhan

Menjadi ibu tunggal bukan sekadar status, melainkan perjalanan penuh tantangan yang menuntut kekuatan mental, ketangguhan ekonomi, dan strategi pengasuhan yang adaptif. Di Indonesia, jumlah perempuan sebagai kepala keluarga terus meningkat. Data BPS tahun 2018 mencatat bahwa 15,7% rumah tangga dipimpin oleh perempuan, dengan berbagai latar belakang seperti perceraian, kematian pasangan, atau pilihan hidup.

Namun, di balik angka tersebut, tersimpan cerita perjuangan yang kerap luput dari perhatian publik. Ibu tunggal harus menjalankan peran ganda: sebagai pencari nafkah sekaligus pengasuh utama anak. Beban ini sering kali diperberat oleh stigma sosial dan minimnya dukungan emosional.

 

Pentingnya Dukungan Sosial

Dukungan sosial terbukti menjadi faktor protektif yang sangat penting bagi ibu tunggal. Studi dari Universitas Mulawarman menunjukkan bahwa ibu tunggal yang memiliki dukungan sosial lebih mampu mengelola stres, membangun hubungan sehat dengan anak, dan menunjukkan resiliensi tinggi dalam menghadapi tekanan hidup.

Dukungan ini bisa berupa:

  • Fisik: bantuan langsung seperti menjaga anak saat ibu bekerja atau beristirahat.
  • Emosional: menjadi tempat curhat, mendengarkan tanpa menghakimi.
  • Informasional: berbagi pengetahuan tentang pengasuhan, pendidikan, atau akses layanan sosial.

Komunitas seperti Single Moms Indonesia dan SPINMOTION telah membuktikan bahwa ruang aman untuk berbagi pengalaman dan saling menguatkan sangat dibutuhkan. Mereka rutin mengadakan kelas pengelolaan emosi, diskusi daring tentang co-parenting, dan pelatihan keterampilan.

Strategi Pengasuhan yang Efektif

Pengasuhan tunggal bukan berarti pengasuhan yang kurang. Justru, banyak ibu tunggal mengembangkan strategi yang fleksibel dan penuh empati. Beberapa pendekatan yang terbukti efektif antara lain:

  • Problem-focused coping: mencari solusi konkret atas tantangan harian, seperti mengatur waktu kerja dan pengasuhan.
  • Emotion-focused coping: menjaga keseimbangan emosi melalui spiritualitas, journaling, atau dukungan komunitas.
  • Penguatan moralitas anak: membangun nilai-nilai positif melalui komunikasi terbuka dan keteladanan.

Penelitian dari STIKES Panti Kosala juga menyoroti peran spiritualitas sebagai landasan pengasuhan. Ibu tunggal yang menjadikan nilai spiritual sebagai pedoman cenderung lebih stabil secara emosional dan mampu membimbing anak dengan nilai moral yang kuat.

 

Menuju Kebijakan yang Inklusif

Sudah saatnya pemerintah daerah dan lembaga terkait memberikan perhatian khusus pada kelompok ibu tunggal. Beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Menyediakan layanan konseling gratis bagi orang tua tunggal.
  • Mendorong program pelatihan keterampilan kerja yang fleksibel.
  • Membentuk komunitas dukungan lokal yang inklusif dan aman.

Motherhood tunggal bukan kelemahan, melainkan bentuk kekuatan yang layak diapresiasi. Dengan dukungan sosial yang tepat dan strategi pengasuhan yang adaptif, ibu tunggal dapat membesarkan anak-anak yang tangguh, cerdas, dan berdaya.

 

Sumber :

1. Jurnal Ilmu Kesehatan STIKES Panti Kosala – Intervensi Keperawatan Keluarga

2. IDN Times – Jadi Support System bagi Ibu Tunggal