Mengenalkan Peran Kakek, Paman, dan Figur Maskulin Lain dalam Keluarga

 

Selama ini, pengasuhan anak sering kali dikaitkan dengan peran ibu sebagai figur utama. Padahal, dalam keluarga besar Indonesia, terdapat banyak figur maskulin lain—seperti kakek, paman, dan saudara laki-laki dewasa—yang memiliki potensi besar dalam membentuk karakter anak. Narasi pengasuhan inklusif mengajak kita untuk melihat peran mereka secara lebih luas dan strategis.

 

Mengapa Figur Maskulin Lain Penting dalam Pengasuhan?

Menurut studi yang dilakukan oleh Kompasiana tahun 2024, keluarga besar seperti kakek dan paman turut berperan dalam membentuk konsep maskulinitas yang sehat. Mereka bisa menjadi contoh empati, keteguhan, dan kebijaksanaan yang tidak selalu ditampilkan oleh figur ayah.

Sementara itu, data dari Edumaster tahun 2025 menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki interaksi positif dengan kakek dan nenek cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri lebih tinggi, serta lebih mudah mengekspresikan empati dan kehangatan kepada orang lain.

 

Peran Kakek: Penjaga Tradisi dan Stabilitas Emosional

Kakek bukan hanya sosok yang memanjakan cucu. Ia adalah penjaga nilai keluarga, pendengar setia, dan penengah dalam konflik. Dalam situasi krisis, kehadiran kakek dapat memberikan keseimbangan emosional dan nasihat hidup yang berharga.

  • Penjaga warisan keluarga: Menyampaikan nilai-nilai budaya dan sejarah keluarga.
  • Pendengar tanpa menghakimi: Menjadi tempat aman bagi cucu untuk berbagi cerita.
  • Penjaga stabilitas emosional: Meredakan ketegangan dalam keluarga.

Peran Paman dan Saudara Laki-laki Dewasa: Role Model Alternatif

Paman dan figur maskulin lain dalam keluarga bisa menjadi role model yang lebih dekat secara usia dan gaya hidup dengan anak-anak. Mereka dapat menunjukkan bahwa menjadi laki-laki tidak harus identik dengan dominasi atau kekerasan, tetapi bisa berarti menjadi penyayang, suportif, dan terbuka secara emosional.

  • Mentor informal: Memberikan perspektif baru dalam menghadapi tantangan remaja.
  • Pendorong ekspresi sehat: Membantu anak laki-laki mengekspresikan emosi tanpa stigma.
  • Penyambung komunikasi generasi: Menjembatani nilai-nilai antara orang tua dan anak.

Pengasuhan inklusif bukan hanya soal melibatkan ibu dan ayah, tetapi juga membuka ruang bagi figur lain yang selama ini terpinggirkan dalam diskursus pengasuhan. Dengan mengakui peran kakek, paman, dan figur maskulin lain, kita membangun ekosistem keluarga yang lebih kaya, suportif, dan beragam.

Sudah saatnya kebijakan dan program pengasuhan di tingkat daerah mengakomodasi keberagaman ini—baik melalui edukasi publik, pelatihan keluarga, maupun kampanye kesadaran sosial.

 

 

Sumber :

1. Edumaster – 10 Peran Kakek dan Nenek dalam Keluarga

2. Kompasiana – Toxic Masculinity dan Peran Keluarga dalam Pembentukan Maskulinitas