Jenis-Jenis Kontrasepsi Hormonal Beserta Keunggulannya

Wanita memiliki sistem hormonal yang kompleks untuk mendukung proses ovulasi dan kehamilan. Nah, kontrasepsi hormonal inilah yang bisa jadi solusi efektif dalam mencegah kehamilan dengan cara mempengaruhi keseimbangan hormon di tubuh. 

Dengan berbagai formulasi progestin atau kombinasi antara progestin dan estrogen, kontrasepsi hormonal bekerja menekan ovulasi, serta dapat mengubah lendir serviks untuk menghambat jalannya sperma.

Kontrasepsi hormonal sendiri memiliki banyak jenis dan bentuk. Nah, untuk menentukan mana yang cocok, yuk simak ulasan di bawah ini: 

Jenis-Jenis Kontrasepsi Hormonal

Berikut beberapa pilihan kontrasepsi hormonal beserta kegunaannya: 

1. Pil KB

Kontrasepsi oral atau pil KB hormonal ini biasanya diminum satu pil sehari saat hari pertama haid, atau seminggu setelah haid dimulai. Pil KB terdiri dari dua jenis, yaitu:

  • Pil KB kombinasi estrogen dan progestin: Bekerja dengan cara menghambat ovulasi, membuat endometrium (tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi) tidak cocok untuk implantasi sel telur, dan mengentalkan lendir serviks sehingga sperma tidak masuk saat melakukan seks tanpa kondom.
  • Pil KB khusus progestin: Pil ini mengandung sedikit progestin, dan tidak memiliki estrogen. Berperan menipiskan dinding rahim dan juga mengentalkan lendir serviks sehingga sperma tidak bisa masuk ke rahim. Tapi, pil KB ini biasanya diperuntukkan untuk wanita yang sedang menyusui, atau yang memiliki kondisi medis tertentu yang tidak bisa memakai pil KB kombinasi.

Pil KB bisa mencapai tingkat keefektifan 99 persen. Namun, tapi jika tidak digunakan dengan baik, efektivitasnya hanya sebesar 91 persen. Meski ada beberapa alat kontrasepsi hormonal yang lebih efektif, pil KB tetap jauh lebih baik daripada kondom. 

Sebelum menggunakan pil KB darurat, ada beberapa hal yang harus kamu ketahui. Baca selengkapnya di sini: “Ini Hal yang Perlu Diketahui sebelum Konsumsi Pil Kontrasepsi Darurat”.

Kamu juga bisa konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai layanan kontrasepsi yang aman untuk kamu dan pasangan.

2. Suntikan

Kontrasepsi suntik atau yang dikenal juga sebagai suntikkan KB, hanya  mengandung progestin dan tidak mengandung estrogen. Tipe kontrasepsi hormonal ini diberikan empat tahun sekali oleh dokter selama 12 hingga 13 minggu. Bagian tubuh yang diberikan suntikan adalah lengan atas atau bokong. 

Saat disuntikkan, hormon progestin mencegah ovarium melepaskan sel telur. Dengan begitu lendir serviks akan mengental dan menyulitkan sperma mencapai sel telur, lalu mengubah lapisan rahim agar implantasi sel telur tidak terjadi. 

Kontrasepsi suntik hanya memiliki tingkat kegagalan 0.3 persen di tahun pertama penggunaan. Selain itu,  cocok digunakan wanita yang tidak bisa mengonsumsi estrogen atau wanita yang sedang menyusui. 

3. Koyo KB

Nah, kontrasepsi hormonal yang satu ini mungkin belum familiar di telinga beberapa orang. Koyo KB memang memiliki cara pasang yang mirip dengan koyo untuk mengatasi pegal, sama-sama ditempelkan di kulit. Tapi, posisi koyo KB biasanya adalah di perut, bokong, punggung, atau lengan atas. 

Koyo KB bekerja dengan melepaskan hormon estrogen dan progestin ke dalam aliran darah secara terus menerus. Hal ini bisa menghentikan indung telur melepaskan sel telur, mengentalkan lendir serviks, dan menipiskan lapisan rahim. 

Jika dipakai secara benar, efektivitas koyo KB bisa mencapai 99 persen. Kamu bisa menggunakan koyo KB selama seminggu, dan sebaiknya dilepas lalu diganti dengan koyo KB baru dihari yang sama seperti pemasangan sebelumnya. Biasanya ini dilakukan selama tiga minggu dan dilepas saat minggu ke-empat agar haid datang. 

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR hormonal dapat mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang panjang, yaitu 3 sampai 10 tahun lebih. Jenis AKDR ini terbuat dari plastik berbentuk huruf T yang fleksibel dan pemasangannya dilakukan dokter. 

AKDR hormonal melepaskan hormon progestin sedikit demi sedikit ke dalam tubuh. Tujuannya untuk mengentalkan lendir serviks agar sperma tidak bisa masuk serta menghentikan ovulasi hingga kehamilan tidak terjadi. 

AKDR hormonal cocok digunakan oleh pengidap endometriosis dan polycystic ovary syndrome (PCOS) karena bisa meredakan gejala-gejalanya. Hal lain yang menjadi keunggulan AKDR hormonal adalah sifatnya yang fleksibel. Setelah dipasang, penggunanya tidak perlu pusing memikirkannya lagi dan dapat dilepas kapan pun jika penggunanya memutuskan ingin menjalani program kehamilan. 

Yuk temukan lebih banyak fakta tentang AKDR di artikel ini: “Mengenal Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR): Pengertian, Jenis, hingga Keunggulannya”.

5. Cincin vagina

Jenis kontrasepsi hormonal yang terakhir adalah cincin vagina. Alat kontrasepsi ini merupakan cincin plastik bening yang lembut, fleksibel, dan berukuran diameter 54 mm.

Cara pemasangannya adalah dengan dimasukan ke dalam vagina, setelah itu hormon estrogen dan progestin secara perlahan akan dilepaskan selama tiga minggu melalui lapisan vagina. 

Sama seperti kontrasepsi hormonal lainnya, cincin vagina juga mencegah kehamilan dengan menghentikan pelepasan sel telur, mengentalkan lendir serviks, dan menipiskan lapisan rahim. 

Cincin dipakai di dalam vagina selama tiga minggu, dan dilepas saat minggu ke-empat agar menstruasi bisa terjadi. Kontrasepsi hormonal yang satu ini memiliki tingkat keefektifan hingga 99 persen. Namun, jika ada kesalahan dalam pemakaian, efektivitasnya bisa turun menjadi 93 persen. 
 

Sumber : https://www.halodoc.com/artikel/catat-ini-jenis-jenis-kontrasepsi-hormonal-beserta-keunggulannya