Pernikahan dini masih marak terjadi di Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya pernikahan dini adalah faktor budaya dan sosioekonomi. Padahal usia yang belum matang bisa menimbulkan berbagai risiko fisik maupun mental untuk mempelai, terutama wanita.
Hamil di usia yang sangat muda amat berisiko. Sebab, jika dilihat dari anatomi tubuh, perkembangan panggul wanita di bawah usia 20 tahun belum sempurna sehingga dapat menyulitkan proses persalinan.
Dampak Pernikahan Dini untuk Kesehatan Mental
Menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal of American Academy of Pediatrics, pernikahan dini bisa berdampak pada gangguan kejiwaan seumur hidup. Efek ini ternyata berkaitan erat dengan faktor usia, ras, tingkat pendidikan, pendapatan rumah tangga, dan lokasi tempat tinggal. Menurut data penelitian tersebut, pernikahan dini berisiko menyebabkan gangguan kejiwaan, seperti:
1. Depresi
Remaja yang menikah amat rentan melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Perilaku ini tentu saja berdampak buruk untuk kesehatan mental. Alhasil, korbannya bisa mengalami depresi atau bahkan post traumatic stress disorder (PTSD).
Belum lagi kalau pasangan muda ini mengalami keguguran. Peristiwa tersebut juga bisa mengganggu kesehatan mental dan trauma jangka panjang.
2. Kecemasan
Sebuah studi mengungkapkan kalau anak perempuan di bawah usia 18 tahun yang sudah menikah lebih rentan melakukan penyalahgunaan zat dan alkohol. Sebab, menjalani kehidupan berumah tangga di usia yang sangat muda bukanlah hal yang mudah.
United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyatakan bahwa remaja cenderung belum mampu mengelola emosi, dan mengambil keputusan dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga ketika terjadi konflik dengan pasangan.
3. Gangguan Bipolar
Pernikahan dini sering berkaitan dengan tekanan keluarga, masalah ekonomi, kehamilan pranikah, dan paksaan pasangan. Meskipun sebelum menikah mempelai tidak mengalami gangguan kesehatan mental, kondisi tersebut dapat berkembang seiring berjalannya pernikahan.
Kasus pernikahan dini pada daerah-daerah di Indonesia yang belum menyediakan fasilitas kesehatan mental, juga perlu diwaspadai. Sebab pasutri belia yang mengalami gangguan kesehatan mental, tidak bisa memperoleh penanganan yang tepat. Alhasil, kondisi psikologis mereka pun bisa semakin parah seiring bertambahnya usia.
Bukan Cuma Mental, Tetapi Juga Menyasar Fisik
Sebagian besar orang tua yang meyakini kalau menikah muda bisa melindungi anak-anaknya dari seks bebas dan penyakit menular seksual. Namun, penelitian mengungkapkan kalau pernikahan pada usia muda termasuk faktor risiko infeksi HIV pada perempuan.
Penyakit menular seksual juga meningkatkan risiko kematian ibu muda, terutama berusia 15 sampai 19 tahun, akibat komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Selain persalinan yang amat berisiko, remaja juga rentan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, nutrisi yang tidak memadai, dan anemia.
Pernikahan dini juga berkaitan dengan meningkatnya kemungkinan kematian neonatal, lahir mati, serta morbiditas dan moralitas anak dan bayi. Selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga tak kalah penting untuk diperhatikan.
Sumber : https://www.halodoc.com/artikel/orang-tua-perlu-tahu-ini-dampak-pernikahan-dini-pada-remaja