Fatherless di Tengah Perubahan Sosial: Mengembalikan Peran Ayah dalam Pengasuhan

Perubahan sosial yang pesat telah membawa dampak besar dalam pola kehidupan keluarga, termasuk pola pengasuhan anak. Di tengah dinamika zaman, istilah fatherless mulai banyak dibicarakan, merujuk pada kondisi anak yang tumbuh tanpa kehadiran atau keterlibatan aktif dari sosok ayah—baik secara fisik maupun emosional.

Fenomena fatherless bukan semata soal ayah yang tidak tinggal serumah. Ada banyak ayah yang secara fisik hadir, tetapi tidak terlibat dalam pengasuhan harian, pengambilan keputusan, atau membangun ikatan emosional dengan anak. Padahal, studi menunjukkan bahwa keterlibatan ayah yang hangat dan konsisten berdampak positif terhadap perkembangan mental, sosial, dan akademik anak.

💡 Apa yang Memicu Fenomena Ini?

  1. Tuntutan kerja yang tinggi: Banyak ayah yang harus bekerja jauh atau dengan jam kerja panjang, sehingga waktu untuk anak menjadi sangat terbatas.
  2. Norma sosial lama: Masih ada anggapan bahwa pengasuhan adalah “urusan ibu,” sementara ayah bertugas mencari nafkah.
  3. Kurangnya edukasi tentang peran ayah: Belum semua ayah memahami pentingnya keterlibatan aktif dalam pengasuhan, bukan sekadar menyediakan kebutuhan materi.

🛠️ Mengembalikan Peran Ayah: Apa yang Bisa Dilakukan?

  1. Membangun kesadaran bersama
    Pemerintah, lembaga pendidikan, dan media perlu berperan aktif mengedukasi masyarakat bahwa pengasuhan anak bukan hanya tugas ibu. Ayah pun memiliki peran emosional dan psikologis yang penting.
  2. Menciptakan ruang partisipasi ayah
    Program parenting yang inklusif dan ramah ayah dapat menjadi solusi. Misalnya, pelatihan pengasuhan yang terbuka bagi ayah, kegiatan keluarga di akhir pekan, atau kampanye kesadaran tentang peran ayah.
  3. Memanfaatkan teknologi untuk mendekatkan hubungan
    Di era digital, ayah dapat tetap terlibat melalui video call, pesan harian, hingga aktivitas virtual bersama anak saat berjauhan. Teknologi bukan penghalang, justru bisa menjadi jembatan
  4. Menata ulang waktu dan prioritas
    Ayah perlu merancang waktu khusus untuk anak setiap harinya—baik untuk bermain, bercerita, atau sekadar mendampingi anak belajar. Kehadiran yang konsisten akan membentuk ikatan yang kuat.
  5. Menjadi teladan dalam kesetaraan
    Ketika anak melihat ayah ikut memasak, mengganti popok, atau mengantar ke sekolah, mereka belajar bahwa pengasuhan adalah tanggung jawab bersama. Ini juga membentuk pandangan yang sehat tentang peran laki-laki dan perempuan di rumah.

DP3APPKB Kabupaten Bantul terus mendorong peran ayah yang aktif dan setara dalam pengasuhan melalui berbagai program edukatif dan kampanye publik. Salah satu inovasinya adalah peluncuran konten parenting digital berbasis kesetaraan, di mana ayah dan ibu sama-sama dibekali pengetahuan serta keterampilan mengasuh yang relevan dengan tantangan masa kini.           

 

Sumber : Kanal Psikologi UGM - Fatherlessness dan Dampaknya