Ayah & Ibu Setara: Membangun Keluarga yang Tumbuh Bersama

Keluarga adalah fondasi utama dalam membentuk generasi yang kuat, berkarakter, dan tangguh. Dalam proses pengasuhan anak, peran ayah dan ibu sering kali dipandang berbeda, bahkan tidak seimbang. Ayah kerap diasosiasikan sebagai pencari nafkah, sementara ibu dianggap sebagai pengasuh utama. Padahal, anak tumbuh paling optimal ketika kedua orang tuanya hadir dan terlibat secara setara, baik secara fisik maupun emosional.

 

Di era digital dan perubahan sosial yang begitu cepat, tantangan pengasuhan semakin kompleks. Anak-anak dihadapkan pada arus informasi tanpa batas, perubahan gaya hidup, serta tekanan sosial yang kadang tak disadari orang tua. Di sinilah pentingnya kolaborasi ayah dan ibu sebagai tim pengasuhan yang saling melengkapi, saling belajar, dan sama-sama peduli terhadap tumbuh kembang anak. Ketika ayah dan ibu sama-sama hadir, anak merasa lebih aman, dicintai, dan mampu mengembangkan potensi terbaiknya.

 

Kesetaraan bukan berarti menyamakan seluruh tugas, tetapi saling membagi peran dengan adil dan penuh kesadaran. Ayah bisa menjadi pendongeng malam, pendamping tugas sekolah, atau pelindung emosi anak saat mereka takut dan bingung. Ibu pun bisa mengambil ruang sebagai pengambil keputusan, pemimpin kegiatan keluarga, dan pelatih karakter anak yang kuat. Dalam pengasuhan setara, tidak ada peran yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semua peran penting, semua kasih sayang bermakna.

 

Di banyak daerah, termasuk Kabupaten Bantul, sudah mulai terlihat praktik pengasuhan setara. Ayah yang mendampingi anak ke posyandu, ibu yang melibatkan suami dalam diskusi parenting, serta komunitas yang mulai terbuka dengan peran laki-laki sebagai pengasuh. Pemerintah daerah melalui berbagai program ketahanan keluarga juga mendorong keterlibatan ayah secara aktif dalam mendidik dan merawat anak.

 

Harapannya, pengasuhan setara ini tidak hanya menjadi praktik individu, tetapi juga budaya baru yang diyakini masyarakat. Budaya yang menempatkan ayah dan ibu sebagai mitra tumbuh, bukan sekadar pembagi tugas. Budaya yang membentuk anak-anak cerdas, percaya diri, dan memiliki relasi sosial yang sehat karena mereka tumbuh bersama cinta dan keteladanan dari kedua orang tuanya.

 

Mari kita bangun keluarga yang tumbuh bersama. Bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara psikologis. Karena masa depan anak-anak dimulai dari rumah yang penuh kasih sayang—dari ayah dan ibu yang hadir, setara, dan saling mendukung.