Apakah ibu sering mendorong anak untuk mencapai sesuatu sesuai keinginan ibu? Misalnya, anak harus mendapatkan juara satu di sekolah atau mendapatkan nilai minimal 90 di setiap mata pelajaran. Bila anak tidak berhasil mencapainya, maka ibu akan memarahi atau menghukumnya.
Nah, Itu adalah salah satu contoh jenis pola asuh otoriter. Tahukah ibu bahwa pola asuh otoriter merupakan salah satu pola asuh yang negatif? Tidak hanya membatasi perkembangan anak, tapi juga bisa menyebabkan beberapa dampak serius pada mental anak. Simak ulasannya di sini.
Mengenal Pola Asuh Otoriter dan Dampaknya Bagi Mental Anak
Pola asuh otoriter adalah jenis pola asuh yang ditandai oleh tuntutan yang tinggi dan daya tanggap yang rendah. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anak-anak mereka, tapi hanya memberikan sedikit pengajaran dan pengasuhan.
Mereka juga sering mengendalikan atau mengatur anak mereka, dan tidak membiarkan anak mengekspresikan diri. Orang tua yang otoriter tidak akan membiarkan anak mereka mendapatkan banyak kebebasan.
Pola asuh otoriter juga ditandai dengan disiplin yang tinggi. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini mengandalkan hukuman dan penghargaan sebagai bentuk utama disiplin. Kesalahan cenderung dihukum dengan keras. Teriakan, hukuman fisik, dan sikap dingin emosional adalah ciri-ciri umum pola asuh otoriter.
Tujuan pola asuh yang ketat ini adalah untuk menghasilkan orang dewasa yang patuh dan selalu menghormati figur otoritas. Namun, sayangnya pola asuh ini justru lebih banyak memberi dampak negatif dibanding dampak positifnya, terutama bagi mental anak.
Berikut beberapa dampak negatif pola asuh otoriter untuk mental anak:
1. Anak Lebih Rentan Mengalami Masalah Mental
Pola asuh otoriter bisa memengaruhi kesehatan mental anak sejak usia dini. Akibatnya, anak-anak yang memiliki orang tua otoriter lebih rentan terhadap penyakit mental ketika mereka dewasa nanti. Banyak penelitian sudah menunjukkan bahwa anak-anak dengan orang tua yang ketat lebih cenderung mengalami depresi, kecemasan, dan memiliki masalah agresi.
2. Anak Menjadi Rendah Diri
Ketika anak harus selalu mengikuti dan menuruti orang tua mereka, serta terus dimarahi dengan keras, mereka tidak bisa mengekspresikan diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka akan bertumbuh menjadi orang yang rendah diri dibandingkan dengan teman-teman mereka, dan merasa tidak nyaman.
3. Anak Memiliki Kepercayaan Diri yang Rendah
Selain itu, pola asuh otoriter juga bisa menurunkan harga diri dan kepercayaan diri anak. Saat dewasa nanti, anak yang dididik dengan pola asuh otoriter akan cenderung memiliki sifat introvert, dan tidak percaya diri dalam menghadapi tantangan dalam pekerjaan. Mereka mungkin juga bisa mengeluarkan reaksi negatif terhadap situasi serupa yang terjadi di luar rumah.
Tips untuk Menghindari Pola Asuh Otoriter
Setiap orang tua tentu saja ingin memberikan yang terbaik bagi anak mereka. Mereka juga berharap anak bisa bertumbuh menjadi orang yang baik dan berhasil di lingkungannya. Namun, ibu tentu juga tidak ingin kehilangan kedekatan dengan Si Kecil, bukan?
Jadi, agar pertumbuhan fisik maupun mental anak tetap baik dan optimal, berikut beberapa tips untuk menghindari pola asuh otoriter:
- Belajar mendengarkan anak
Berusahalah mendengarkan apa yang dikatakan anak dengan sabar tanpa memberikan respons spontan. Mendengarkan dan memvalidasi emosi anak penting untuk membantu anak mengenali emosi mereka, dan mengembangkan rasa pengendalian diri.
- Tetapkan aturan rumah
Tetapkan aturan dan pastikan setiap orang di dalam rumah, termasuk anak-anak dan pengasuhnya memahami peraturan ini. Ketika semua orang sudah mengetahui aturannya, akan lebih mudah bagi ibu untuk menegakkannya, dan menindaklanjutinya dengan konsekuensi yang konsisten.
- Gunakan konsekuensi yang logis
Bila aturan rumah dilanggar, terapkan konsekuensi yang konsisten tapi masuk akal. Hindari memberikan hukuman fisik dan jangan mempermalukan anak karena melakukan kesalahan.
- Pertimbangkan kelas parenting
Bila ibu atau suami mengkhawatirkan pola asuh yang diterapkan, cobalah ikuti kelas pengasuhan anak atau berbicara dengan terapis keluarga.
Sumber : https://www.halodoc.com/artikel/ibu-ini-3-dampak-dari-pola-asuh-otoriter-bagi-mental-anak